Senin, 15 Maret 2010

AGRESI DALAM PEMBANTAIAN DI INSTITUT POLITEKNIK DAN UNIVERSITAS NEGERI VIRGINIA

A. Pengertian Agresi
Agresi merupakan suatu respon yang memiliki fungsi untuk menghukum orang lain setidaknya untuk jangka waktu yang pendek. Definisi mengenai agresi ada bermacam-macam dan setiap definisi memiliki dimensi tersendiri (dalam Pontius, 2004).
Myers (dalam Adriani, 1985) menyatakan tingkah laku agresif adalah tingkah laku fisik atau verbal untuk melukai orang lain.
Menurut Murray (dalam Pontius, 2004) agresi didefinisikan sebagai suatu cara untuk melawan dengan sangat kuat, berkelahi, melukai, menyerang, membunuh, atau menghukum orang lain atau secara singkatnya agresi adalah tindakan yang dimaksudkan untuk melukai orang lain atau merusak milik orang lain.
Menurut Morgan dkk. (dalam Atkinson dkk.,1993) agresi merupakan suatu motif menyerang, melukai, dan kadang membunuh; Perilaku agresi dapat dilakukan secara verbal yaitu untuk menyakiti atau berusaha menghancurkan reputasi orang lain.
Buss (dalam Atkinson dkk.,1993) mendefinisikan perilaku agresi yang memberikan stimuli yang berbahaya kepada orang lain. Definisi ini termasuk penyerangan fisik, menghina, dan umpan verbal.
Edmund & Kendrick (1980) mendefinisikan perilaku agresi sebagai stimulus yang berbahaya oleh seseorang kepada orang lain dengan maksud membahayakan dan dengan harapan bahwa stimulus akan mencapai sasaran serta memiliki efek yang diharapkan.
Definisi ini mempunyai pengertian bahwa suatu perilaku dapat dikatakan sebagai perilaku agresi apabila disertai dengan maksud melukai sasaran yang dituju. Perilaku agresi ini tidak hanya berupa aktivitas fisik saja tetapi juga aktivitas psikologis. Kasus pembantaian di Institute Politeknik dan Universitas Negeri Virginia termasuk jenis agresi fisik, aktif, langsung.

B. Dimensi Perilaku Agresi
Dalam dimensi perilaku agresi ada empat faktor agresi yaitu fisik, verbal, rasa marah, dan sifat permusuhan. Keempat perilaku agresi ini mewakili komponen perilaku manusia yaitu komponen motorik, afektif, dan kognitif. Dalam kasus pembantaian di Institute Politeknik dan Universitas Negeri Virginia termasuk dalam dimensi :
a. Agresivitas Fisik
Perilaku motorik seperti melukai dan menyakiti orang lain secara fisik. Misalnya dengan menyerang, memukul, menakut-nakuti, merusak, berkelahi dan mengancam orang lain.
b. Rasa Marah
Rasa marah merupakan komponen emosi atau afektif, seperti keterbangkitan dan kesiapan psikologis untuk bertindak agresif. Misalkan mudah kesal, hilang kesabaran, tidak mampu mengontrol perasaan marah.
c. Sikap Permusuhan
Sikap ini merupakan perwakilan dari komponen kognitif seperti perasaan benci dan curiga pada orang lain, merasa kehidupan yang dijalani tidak adil.
Sumber agresi menurut Morgan dkk. (dalam Atkinson dkk.,1993) adalah penghinaan verbal atau penilaian negatif dari orang lain (misalnya “dasar bodoh”). Tindakan agresif ini memunculkan agresi pada orang yang dihina, dengan kata lain orang ini merespon dengan agresif balik.

C. Faktor yang Mempengaruhi Agresi
Faktor yang Mempengaruhi Agresi Dalam kasus pembantaian di Institute Politeknik dan Universitas Negeri Virginia :
a. Status Sosial
Hal ini yang dapat meningkatkan perilaku agresi adalah status sosial didalam masyarakat. Anak-anak dari orang tua yang mempunyai kelas sosial tertentu akan berbeda dalam berperilaku. Orang tua dari kelas sosial menengah lebih permisif dan cenderung lebih memfokuskan pada hal yang bersifat psikologis sebagai pengontrol agresi. Sebaliknya untuk anak-anak dari orang tua kelas pekerja atau buruh cenderung menggunakan hukuman sebagai control.
b. Tempramen
Dalam kasus pembantaian di Institute Politeknik dan Universitas Negeri Virginia, pelaku termasuk impulsif, yaitu menggambarkan kemampuan untuk menunda atau mentolerir frustasi, kecenderungan bertindak tergesa-gesa dan tanpa pertimbangan.

D. Teori-teori Agresi
Menurut maslow (dalam Frank, 1987), Teori-teori tentang agresi dapat dibagi kedalam dua kategori utama, yaitu, teori-teori yang berpandangan bahwa agresi bersifat naluriah atau merupakan kodrat bawaan manusia, dan teori-teori yang tidak berpandangan demikian. Maslow termasuk dalam golongan kedua, sekalipun ia mengakui bahwa bukti-buktinya belum sepenuhnya konklusif. Banyak ilmuan behavioral, khususnya Freud memandang permusuhan dan keagresifan sebagai sifat-sifat yang melengkapi pada kodrat manusia. Pandangan ini didasarkan pada pengamatan bahwa binatang-binatang bersifat agresif dan destruktif.
Teori-teori agresi yang berkaitan dengan kasus pembantaian di Institut Politeknik dan Universitas Negeri Virginia :
1. a. Teori Bawaan
Freud (dalam Sarwono,2002) membagi dua jenis insting atau naluri yaitu “eros” adalah naluri kehidupan untuk mempertahankan kelangsungan kehidupan individu dan “tanatos” adalah naluri kematian, dorongan untuk menghancurkan sesuatu yang ada pada manusia atau individu.
b. Teori Biologi
Menurut Moyer (dalam Sarwono,2002) perilaku agresi ditentukan oleh proses tertentu yang terjadi di otak dan susunan syaraf pusat. Hormon laki-laki (testosteron) dipercaya sebagai pembawa sifat agresi.
2. Teori Lingkungan
Inti teori ini adalah perilaku agresi merupakan reaksi terhadap peristiwa atau stimulus yang terjadi di lingkungan.
a. Teori Frustasi Agresi Klasik
Teori yang dikemukakan oleh Dollar & Miller (dalam Sarwono, 1997) berpendapat bahwa agresi dipicu oleh frustasi. Frustasi itu sendiri ariadalah hambatan terhadap pencapaian suatu tujuan. Dengan demikian agresi merupakan pelampiasan dari perasaan frustasi.
b. Teori Frustasi Agresi Baru
Dalam perkembangannya terjadi modifikasi terhadap teori frustasi agresi klasik. Salah satu modifikasi tersebut adalah dari Burnstein & Worchel yang membedakan antara frustasi dan iritasi, jika suatu hambatan terhadap pencapaian, tujuan dapat dimengerti alasannya yang terjadi adalah iritasi(gelisah, sebal), bukan frustasi (kecewa, putus asa) (dalam Sarwono,2002).
3. Teori Kognisi
Kognisi adalah bagian dari jiwa manusia yang mengolah informasi, pengetahuan, pengalaman, dorongan, perasaan, baik yang datang dari luar maupun dari dalam diri sendiri sehingga terjadi simpulan-simpulan yang selanjutnya menghasilkan perilaku. Teori kognisi berintikan pada proses yang terjadi pada kesadaran dalam membuat penggolongan, pemberian sifat-sifat penelitian dan pembuatan keputusan (dalam Sarwono,2002).
4. Teori Behavioristik
Teori ini mempunyai pengertian bahwa agresi adalah setiap bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk melukai atau merugikan orang lain, dimana orang lain tersebut termotivasi untuk menghindari perlakuan semacam itu. Teori ini menggangap bahwa suatu agresi manusia lebih merupakan sutu kategori perilaku tertentu yang digerakkanoh tujuan dari dalam individu.
5. Teori Belajar Sosial (Social Learning Theory)
Teori ini lebih memperhatikan faktor-faktor dari luar yang dapat mempengaruhi perilaku agresif. White & Humphrey (dalam Sarwono, 1997) melakukan penelitian bahwa orang-orang yang agresif telah mengalami sendiri perlakuan agresif terhadap dirinya, baik yang diperolehnya dari orang tua maupun dari teman-temannya. Bandura (dalam Sarwono, 1997) juga berpendapat bahwa dalam kehidupan sehari-hari pun perilaku agresif dipelajari dari model yang dilihat dalam keluarga, dalam lingkungan, dan dari media massa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar